Menghampiri Sang Maha Kudus Rahasia-rahasua bersuci
Dalam banyak ayat Al-Quran dan hadis Nabi Saw., dengan keras Tuhan mencela para pelaku agama yang tidak memahami makna-makna perintah agama yang mereka jalani. Ayat “Celakalah orang-orang yang shalat, yaitu mereka yang lalai terhadap shalatnya” adalah contoh yang paling terkenal. Lewat peringatan-peringatan seperti inilah kita semua disadarkan, betapa mendesaknya bukan hanya kebutuhan akan keniscayaan disiplin, melainkan juga kebutuhan akan pemahaman yang benar lagi mendalam tentang makna-makna ibadah yang kita jalani. Dan satu di antara segelintir orang yang mendalami makna-makna batiniah itu adalah Ibn ‘Arabî, seorang sufi agung berjulukan Syaikh Al-Akbar. Buku di tangan pembaca ini merupakan bab thahârah (bersuci) dari kitab termasyhur Al-Futûhât Al-Makkiyyah, karya Ibn ‘Arabî. Di dalam buku tersebut, beliau memaparkan, pertama, ketentuan-ketentuan lahiriah hukum bersuci, semisal bagaimana kriteria air suci, bagaimana syarat/rukun membersihkan hadas besar dan hadas kecil. Selanjutnya, penulis mengeksplorasi medan semantik-semacam khazanah makna yang dapat ditampung oleh sebuah kata dalam berbagai konteks-yang memancar dari setiap kata bahasa Arab yang termaktub di dalam ayat-ayat Al-Quran dan hadis Nabi ihwal bersuci ini. Lewat cara ini, Ibn ‘Arabî menunjukkan adanya lapisan-lapisan makna amat kaya yang terkandung di dalam ketentuan-ketentuan syariat itu. Akhirnya, sang Syaikh menunjukkan bahwa Allah yang Mahakudus hanya mungkin dihampiri bukan hanya dengan kesucian jasmani, melainkan juga dengan kesucian perasaan, pikiran, dan hati sang hamba.
“Dengan kedahsyatan takwilnya, Ibn ‘Arabî menjadikan ibadah thahârah (bersuci), yang biasanya hanya dibahas di buku fiqih, sebagai sumber pencerahan batin dan spiritual yang luar biasa.”
-Haidar Bagir, Penulis buku Semesta Cinta: Pengantar kepada Pemikiran Ibn ‘Arabi
untuk keterangan lebih lanjut silakan hubungi galeribuku.com atau cahayakesadaran.com
Dalam banyak ayat Al-Quran dan hadis Nabi Saw., dengan keras Tuhan mencela para pelaku agama yang tidak memahami makna-makna perintah agama yang mereka jalani. Ayat “Celakalah orang-orang yang shalat, yaitu mereka yang lalai terhadap shalatnya” adalah contoh yang paling terkenal. Lewat peringatan-peringatan seperti inilah kita semua disadarkan, betapa mendesaknya bukan hanya kebutuhan akan keniscayaan disiplin, melainkan juga kebutuhan akan pemahaman yang benar lagi mendalam tentang makna-makna ibadah yang kita jalani. Dan satu di antara segelintir orang yang mendalami makna-makna batiniah itu adalah Ibn ‘Arabî, seorang sufi agung berjulukan Syaikh Al-Akbar. Buku di tangan pembaca ini merupakan bab thahârah (bersuci) dari kitab termasyhur Al-Futûhât Al-Makkiyyah, karya Ibn ‘Arabî. Di dalam buku tersebut, beliau memaparkan, pertama, ketentuan-ketentuan lahiriah hukum bersuci, semisal bagaimana kriteria air suci, bagaimana syarat/rukun membersihkan hadas besar dan hadas kecil. Selanjutnya, penulis mengeksplorasi medan semantik-semacam khazanah makna yang dapat ditampung oleh sebuah kata dalam berbagai konteks-yang memancar dari setiap kata bahasa Arab yang termaktub di dalam ayat-ayat Al-Quran dan hadis Nabi ihwal bersuci ini. Lewat cara ini, Ibn ‘Arabî menunjukkan adanya lapisan-lapisan makna amat kaya yang terkandung di dalam ketentuan-ketentuan syariat itu. Akhirnya, sang Syaikh menunjukkan bahwa Allah yang Mahakudus hanya mungkin dihampiri bukan hanya dengan kesucian jasmani, melainkan juga dengan kesucian perasaan, pikiran, dan hati sang hamba.
“Dengan kedahsyatan takwilnya, Ibn ‘Arabî menjadikan ibadah thahârah (bersuci), yang biasanya hanya dibahas di buku fiqih, sebagai sumber pencerahan batin dan spiritual yang luar biasa.”
-Haidar Bagir, Penulis buku Semesta Cinta: Pengantar kepada Pemikiran Ibn ‘Arabi
untuk keterangan lebih lanjut silakan hubungi galeribuku.com atau cahayakesadaran.com
No comments:
Post a Comment