Wednesday, October 25, 2017

MENYATU DIRI DENGAN ILAHI


Syaikh Abd al-Qadir al-Jailani merupakan sosok wali dan ulama yang sangat popular bagi masyarakat Indonesia. Ia salah satu tokoh besar dan berpengaruh di kalangan Islam-Jawa penganut aliran tasawuf tarekat.

Banyak karya-karya al-Jailani mempengaruhi konsep filsafat Syekh Siti Jenar, antara lain: Sirr al-Asrar dan Futuh al-Ghaib. Di mana, Syekh Siti Jenar kemudian menformulasikannya dalam konsep ajaran Manunggaling Kawula-Gusti—yang hingga saat ini masih kontroversi. Pada dua karya tersebut, al-Jailani menceritakan pengalaman spiritualnya yang puncak ekstasenya sampai pada tahapan haqiqat al-haqa iq, liqa illah (menyatu diri dengan Allah).

Lantas, bagaimana konsep menyatu diri dengan Ilahi ala Syaikh Abd al-Qadir al-Jailani? Siapa sosok ulama besar itu sesungguhnya? 

Wednesday, August 23, 2017

Ajaran Makrifat Syekh Siti Jenar

Mencapai tahapan ma'rifatullah, dan kondisi selalu bersama Allah (ma'iyyatullah), apalagi anugerah untuk bisa "melihat" dan "berpadu" dengan Allah dalam alam keabadian setelah mati, menjadi dambaan dan harapan hampir semua umat manusia. Sehingga berbagai cara ditempuh untuk itu. Dalam konteks buku ini, perjalanan spiritual tersebut, lebih diarahkan pada manifestasi pengalaman manunggaling kawula-Gusti, buah spiritual dari Syekh Siti Jenar.

Islam menyediakan kerangka utuh untuk hal tersebut, yaitu konsep dasar iman, islam, dan ihsan. Dalam dunia tasawuf, ketiga kerangka keagamaan tersebut diaplikasi dalam doktrin kemanunggalan syari'at, thariqah, ma'rifat, dan hakikat. Namun pusat dari empat doktrin sufi itu adalah ma'rifatullah.

Manunggaling Kawula Gusti

uku Manunggaling Kawula Gusti karya KH. Muhammad Solikhin mengungkapkan tentang ajaran Syekh Siti Jenar yang dikenal dengan Manunggaling Kawula Gusti atau dalam bahasa Indonesianya, Menyatunya antara manusia dengan Tuhannya.
Manunggaling Kawula Gusti adalah tataran tertinggi yang dapat dicapai manusia dalam meningkatkan kualitas dirinya. Tataran ini adalah Insan Kamilnya kaum Muslim, Jalma Winilis-nya aliran kepercayaan tertentu, atau Satriya Pinandhita dalam konsepsi Jawa pada umumnya, Titik Omega-nya Teilhard de Chardin, atau Kresnarjunasamvada-nya Radhakrishnan. Yang penting baginya bukan pengalaman itu, tetapi kualitas diri yang kita pertahankan secara konsisten dalam kehidupan nyata di masyarakat sebagai hasil dari pengalaman rohani. Nabi Muhammad saw., setelah manunggal dalam mi’rajnya, juga harus turun kembali ke bumi, mengimplementasikan pengalaman rohani itu bagi kepentingan manusia. Syekh Siti Jenar juga berbuat amal bagi kemaslahatan masyarakat, sebagai aplikasi dari kualitas rohaninya dalam kemanunggalan.

Obrolan Sufi


"Seperti sungai surgawi, ceramah Syekh Ragip itu jernih, bening, dan lezat untuk batin kita."
-Pir Zia Inayat-Khan

Sejatinya, kita semua rindu untuk selalu mendekat kepada Tuhan. Banyak jalan untuk itu, di antaranya melalui tasawuf. Tetapi, menjadi sufi bagi sebagian orang sangatlah berat dan sulit.
Robert Frager, seorang mursyid dari Amerika, menepis anggapan itu. Bertasawuf bukanlah mengasingkan diri dari hiruk-pikuk dunia untuk kemudian berdekatan dengan Tuhan. Pengembangan spiritual dan kehidupan sehari-hari dapat menyatu dalam harmoni.

Melalui metode obrolan antara guru dan murid, antara mursyid dan darwis, Syekh Frager menyampaikan ajaran-ajaran tasawuf secara ringan, tanpa menggurui, dan mengantarkan kita pada perenungan. Hasilnya, kita yang membacanya ingin lebih memperpendek jarak kita dengan Tuhan dan senantiasa ingin menyertakan Tuhan dalam aktivitas sehari-hari kita.

Robert Frager, Ph.D. meraih doktor psikologi sosial dari Harvard University pada 1967. Tahun 1975, ia mendirikan the Institute of Transpersonal Psychology di Palo Alto, tempat kini dia menjadi guru besar psikologi. Sebelumnya, Frager mengajar psikologi dan studi agama selama 7 tahun di University of California, Berkeley dan University of California, Santa Cruz.

Pada 1985, ia dikukuhkan sebagai syekh atau mursyid. Selain menjadi psikolog transpersonal, konsultan, dan guru, kini sehari-harinya mengabdi sebagai Presiden Tarekat Jerrahi Order California dan sudah lebih dari 25 tahun menjadi pembimbing spiritual. Salah satu karya terbaiknya: Psikologi Sufi untuk Transformasi Diri.

Tuesday, August 22, 2017

ISLAM MENCINTAI NUSANTARA JALAN DAKWAH SUNAN KALIJAGA

Islam itu rahmatan lil alamin. Al-Quran jelas menyebutkan itu dalam banyak ayatnya. Ia mendatangi siapa saja dengan cinta dan kasih. Sejarah Nusantara pun mencatat bahwa Islam berhasil merasuk ke dalam jiwa manusia Nusantara, terutama Jawa, melalui jalur yang sangat lembut. Lelaku dakwah Sunan Kalijaga memberi kita pelajaran tentang semua itu. B. Wibowo, dalam buku ini, mengupas tuntas salah satu “jurus” Sunan Kalijaga untuk menanamkan Islam di dada orang Jawa; melalui taktik modifikasi budaya yang tak menyakiti siapapun—dengan mengajarkan tauhid melalui Kidung Kawedar. Dari buku ini kita bisa kembali belajar, bahwa sudah seharusnyalah Islam berwajah ramah. Islam tidak berantitesa dengan kearifan lokal manapun. Islam justru menyempurnakannya. Islam akan merasuk paripurna dalam hati melalui jalan yang lembut penuh cinta, bukannya dengan teriakan kemarahan dan pedang yang terhunus. Inilah DNA Islam di Nusantara, memposisikan agama sebagai jembatan perekat, bukan penyekat berbagai kehidupan sosial dan budaya.

 
Endorsemen:
 
Tak ada yang abadi termasuk Nusantara. Buku yang mengajak kita tersenyum dalam beragama ini setidaknya akan menunda kepunahan itu. Biar beragama secara ‘non Sunan Kalijaga’ saja yang akan mempercepatnya.”
 
—Sujiwo Tejo, Penulis Buku Megabestseller Tuhan Maha Asyik
 
“...Sangat menarik menempatkan buku Islam Mencintai Nusantara: Jalan Dakwah Sunan Kalijaga, Tafsir Suluk Kidung Kawedar ini dalam bingkai besar pemahaman ulang atas upaya penerapan Islam dalam ruang budaya (dalam hal ini Jawa terutama) yang dilakukan oleh para wali, terutama Sunan Kalijaga. Hal ini menjadi sangat penting, setidaknya mengingat fakta bahwa semakin ke sini semakin banyak generasi baru yang bukan saja tidak memahami bagaimana para pendahulu berjuang menerapkan Islam secara bertahap lewat jalur budaya; tapi bahkan lebih jauh lagi, malah menganggap para pendahulu tersebut seolah sebagai peletak dasar dari apa yang secara tergesa mereka kategorikan sebagai kesyirikan atau, setidaknya tradisi bid’ah.”
 
—Anis Sholeh Ba’asyin, Budayawan dan Pengasuh Suluk Maleman, Pati

Penerbit: IIMAN REAL

ISBN: 9786028648202
Tahun Terbit: Mei 2017
Halaman: 306 Halaman
Berat: 0,28 Kg

Quantum Qalbu (Terjemahan Qutul Qulub)



Buku ini merupakan terjemahan Qutul Qulub karya Abu Thalib Al Makky




Buku Pertama antara lain berisi: Ayat-ayat Alquran tentang orang salih; tata cara wirid; amalan siang dan malam; zikir dan doa setelah subuh; shalat sunnah fajar; keutamaan shalat siang dan malam hari; shalat witir dan keutamaan shalat malam; waktu-waktu mustajab dan shalat tasbih, tentang Alquran; seluk beluk shalat jumat; tentang puasa.
Rasulullah saw. Bersabda : “Barangsiapa yang ingin mengetahui kedudukannya di hadapan Allah, hendaklah ia melihat bagaimana kedudukan Allah dalam hatinya. Tinggalkan perkara yang mengganggu hatimu, dan minta fatwalah kepada hatimu, walaupun banyak orang yang memberikan fatwa!”
Buku yang ada di tangan pembaca ini adalah karya terbesar dalam tasawuf yang-menurut seorang orientalis Jerman, Brockelmann- dipandang sebagai sumber utama yang digunakan Al-Ghazali dalam menulis kitab Ihya ‘Ulumiddin. Al-Ghazali, dalam bukunya Al-Munqidz Min adh-Dhalal, memberikan pernyataan yang mengakui hal ini. Buku ini merupakan kitab yang amat terkenal di kalangan para ulama dan memperoleh perhatian besar dari mereka, dan juga telah mengilhami banyak karya lain yang ditulis setelahnya. Anda wajib membaca sumber inspirasi Al-Ghazali ini sebagai nutrisi untuk hati.
Buku yang ada di tangan pembaca ini adalah satu-satunya terjemahan kitab tersebut dalam bahasa Indonesia!
*

Buku Kedua antara lain tentang: Kedudukan orang-orang yakin; lintasan hati; ahli hati, dan sifat hati; ragam ilmu dan keutamaannya; tentang ilmu makrifat; ilmu batin dan ilmu lahir; keutamaan ilmu iman dan ilmu yakin dibanding ilmu yang lain; dan tentang hakikat zuhud.
Rasulullah saw. Bersabda: “Barangsiapa yang ingin mengetahui kedudukannya di hadapan Allah, hendaklah ia melihat bagaimana kedudukan Allah dalam hatinya. Tinggalkan perkara yang mengganggu hatimu, dan mintalah fatwa kepada hatimu, walaupun banyak orang yang memberikan fatwa!”
Maka siapkan hati anda! Jangan abaikan. Beri makan ia dengan makanan bergizi. Jangan biarkan ia hanya menjadi segumpal daging. Hiasi dengan keindahan amal, ilmu dan makrifatullah. Anda perlu membacanya sebagai nutrisi untuk hati. Karena makanan jiwa adalah ilmu. Dan jika amal ini dilakukan dengan ikhlas dan hati-hati, niscaya akan terbukalah pintu-pintu makrifat dan ilmu, dan hati akan disinari oleh Allah SWT.
Sekali lagi, inilah buku yang disebut-sebut dan diyakini bahkan oleh Al-ghazali sendiri sebagai sumber inspirasi dan bahan utama dalam menulis Kitab Ihya Ulumuddin yang terkenal itu.

Muhammad bin ali bin Athiyyah Al-Haritsi al-Makki, yang dikenal dengan Abu Thalib al-Makki, lahir di Makkah. Disana ia belajar kepada beberapa orang guru di bidang hadis dan ilmu tarekat, kemudian ia pindah ke bashrah, lalu ke Baghdad dan wafat disana pada 386H. Ia adalah seorang ulama yang banyak melakukan riyadhah (olah batin) dan mujahadah. Kono, selama bertahun-tahun ia tidak mengonsumsi makanan selain sayuran yang ditanamnya sendiri, sehingga kulitnya memucat.

 


Wednesday, June 14, 2017

Makrifat Jawa (ajaran Kesempurnaan para wali dan leluhur Jawa)


MAKRIFAT JAWA
Ajaran Kesempurnaan Para Wali dan Leluhur Jawa


Ilmu makrifat menjadi salah satu pegangan, pusaka rahasia bagi para wali di tanah Jawa. Tidak sembarangan orang bisa mendapatkan wejangan ilmu makrifat. Di dalam konteks tasawuf, makrifat berarti tahu, paham, dan sadar tentang eksistensi keutuhan.
Makrifat kepada Allah akan tercapai bila kita mampu mengungkap selubung eksistensi diri: berlatih meninggalkan dunia sebelum meninggal dunia dan selalu mengaktualkan nama-nama Allah dalam setiap aktivitas hidup. Orang yang sudah bermakrifat berarti tahu tentang ilmu ketuhanan dan punya kesadaran dalam aplikasi (amaliyah) sehingga selalu merasa bersama Tuhan.


Tragedi Setan (Iblis dalam pandangan psikologi Sufi)


Buku ini membahas peranan Iblis dalam sudut pandang psikologi sufi. Sebagaimana yang diperlihatkan oleh buku PETER AWN, Iblis akan terus menggoda atau setidak-tidaknya mengganggu manusia sehingga – sebagaimana Iqbal kemukakan setelah Goethe)- akan membentuk kegelisahan dalam hidup manusia yang tanpa itu perkembangan spiritual yang sebenarnya tidaklah akan terjadi. Iblis mampu membuat manusia menyadari beberapa tingkat pengalaman yang lebih dalam dan pada saat yang sama memberi suatu pandangan baru ke dalam masalah internal dari teologi dan juga sejarah agama, yaitu bagaimana menjelaskan peranan setan dan bagaimana menanggulanginya.