Buku Pertama antara lain berisi: Ayat-ayat Alquran tentang orang salih; tata cara wirid; amalan siang
dan malam; zikir dan doa setelah subuh; shalat sunnah fajar; keutamaan shalat
siang dan malam hari; shalat witir dan keutamaan shalat malam; waktu-waktu mustajab
dan shalat tasbih, tentang Alquran; seluk beluk shalat jumat; tentang puasa.
Rasulullah saw. Bersabda : “Barangsiapa yang ingin
mengetahui kedudukannya di hadapan Allah, hendaklah ia melihat bagaimana
kedudukan Allah dalam hatinya. Tinggalkan perkara yang mengganggu hatimu, dan
minta fatwalah kepada hatimu, walaupun banyak orang yang memberikan fatwa!”
Buku yang ada di tangan pembaca ini adalah karya terbesar
dalam tasawuf yang-menurut seorang orientalis Jerman, Brockelmann- dipandang
sebagai sumber utama yang digunakan Al-Ghazali dalam menulis kitab Ihya ‘Ulumiddin. Al-Ghazali, dalam
bukunya Al-Munqidz Min adh-Dhalal,
memberikan pernyataan yang mengakui hal ini. Buku ini merupakan kitab yang amat
terkenal di kalangan para ulama dan memperoleh perhatian besar dari mereka, dan
juga telah mengilhami banyak karya lain yang ditulis setelahnya. Anda wajib membaca
sumber inspirasi Al-Ghazali ini sebagai nutrisi untuk hati.
Buku yang ada di tangan pembaca ini adalah satu-satunya
terjemahan kitab tersebut dalam bahasa Indonesia!
*
Buku Kedua antara lain tentang: Kedudukan orang-orang yakin; lintasan hati;
ahli hati, dan sifat hati; ragam ilmu dan keutamaannya; tentang ilmu makrifat;
ilmu batin dan ilmu lahir; keutamaan ilmu iman dan ilmu yakin dibanding ilmu
yang lain; dan tentang hakikat zuhud.
Rasulullah saw. Bersabda: “Barangsiapa
yang ingin mengetahui kedudukannya di hadapan Allah, hendaklah ia melihat
bagaimana kedudukan Allah dalam hatinya. Tinggalkan perkara yang mengganggu
hatimu, dan mintalah fatwa kepada hatimu, walaupun banyak orang yang memberikan
fatwa!”
Maka siapkan hati anda! Jangan abaikan.
Beri makan ia dengan makanan bergizi. Jangan biarkan ia hanya menjadi segumpal
daging. Hiasi dengan keindahan amal, ilmu dan makrifatullah. Anda perlu
membacanya sebagai nutrisi untuk hati. Karena makanan jiwa adalah ilmu. Dan jika
amal ini dilakukan dengan ikhlas dan hati-hati, niscaya akan terbukalah
pintu-pintu makrifat dan ilmu, dan hati akan disinari oleh Allah SWT.
Sekali lagi, inilah buku yang
disebut-sebut dan diyakini bahkan oleh Al-ghazali sendiri sebagai sumber
inspirasi dan bahan utama dalam menulis Kitab Ihya Ulumuddin yang terkenal itu.
Muhammad bin ali bin
Athiyyah Al-Haritsi al-Makki, yang dikenal dengan Abu Thalib al-Makki, lahir di
Makkah. Disana ia belajar kepada beberapa orang guru di bidang hadis dan ilmu
tarekat, kemudian ia pindah ke bashrah, lalu ke Baghdad dan wafat disana pada
386H. Ia adalah seorang ulama yang banyak melakukan riyadhah (olah batin) dan
mujahadah. Kono, selama bertahun-tahun ia tidak mengonsumsi makanan selain
sayuran yang ditanamnya sendiri, sehingga kulitnya memucat.
apakah anda bisa membantu saya untuk mencari bahan di terjemah buku itu?
ReplyDelete